Home / MEDAN TODAY / Satpam USU Pukuli Wartawan, Rektor Minta Maaf

Satpam USU Pukuli Wartawan, Rektor Minta Maaf


MEDAN| Sebuah survey yang dilakukan Manulife Investor Sentiment Index (MISI) pada akhir tahun 2014, menunjukkan bahwa para pekerja profesional di Indonesia terancam miskin di hari tua. Ini disebabkan, para responden yang terdiri dari  Manager, Eksekutif dan Businessman (PMEB) dengan gaji minimal Rp 10 juta/bulan tidak punya persiapan keuangan di hari tua sehingga mereka akan terancam miskin di hari tua pada saat masuk usia pensiun.Data terakhir Manulife Investor Sentiment Index (MISI) menunjukkan optimisme yang tinggi mengenai rencana pensiun serta pandangan masyarakat terhadap pasar investasi. Lebih dari tiga perempat investor sangat optimis dapat mempertahankan gaya hidup mereka saat pensiun.Akan tetapi sekitar 97% di antaranya masih yakin akan memiliki penghasilan pasca-pensiun kendati hanya setara 84% penghasilannya sebelum pensiun.Sementara 43% lainnya sudah menyiapkan masa pensiunnya dan 34% uang mereka disimpan dalam bentuk tabungan dan deposito bank yang memberikan imbal hasil relatif kecil.Dari data tersebut, diperkirakan analis Manulife, dari hasil survei terbarunya itu, masyarakat Indonesia terancam miskin di hari tua. Hal itu karena dibalik optimisme yang tinggi, masih banyak ditemukan rencana pensiun serta pandangan investasi yang masih belum tepat."Optimisme semu ini diperkirakan terus mengemuka jika derajat melek keuangan masyarakat tidak segera ditingkatkan dan investor masih enggan menggunakan lebih banyak kendaraan investasi yang tersedia di pasar," ujar Director of Business Development, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Putut Endro Andanawarih, kepada media di Medan, Jumat (16/10/2014).Jadi, jika memiliki dasar yang lebih dalam, tabungan akan menyumbang paling tidak 26% dari anggaran pensiun mereka nanti. Penghasilan dari pekerjaan pasca pensiun pun menjadi opsi sumber dana dengan kontribusi sebesar 18% dan lainnya. Padahal, ketersediaan sumber-sumber dana tersebut dipengaruhi banyak faktor.Seperti tabungan yang sudah direncanakan bisa saja tidak lebih cepat pertumbuhannya dari laju inflasi. Bahkan bisa kehilangan nilainya pelan-pelan karena gerusan inflasi. Disamping itu, mencari kerja di usia tua bukanlah hal mudah karena pertimbangan kesehatan dan kondisi industri yang berubah. Untuk bergantung sumber lain juga bukan hal yang tepat karena unsur ketidakpastian.Dari survei itu, hanya 22% responden mengikuti program pensiun yang diwajibkan pemerintah. Angka itu jauh lebih rendah daripada angka rata-rata di Asia sebesar 67%. Sayangnya, masyarakat Indonesia juga tidak tertarik untuk membeli program pensiun tambahan sebagai alternatif. Hanya 15% orang Indonesia memiliki program pensiun dari institusi swasta untuk memenuhi target dana pensiun."Masyarakat sepertinya terlalu mengandalkan sumber-sumber pendanaan yang tak pasti untuk membiayai hidup mereka di hari tua," kata Chief of Employee Benefits, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Nur Hasan Kurniawan."Ada kekhawatiran bahwa ekspektasi mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan. Terlebih lagi hanya sedikit masyarakat mengikuti program pensiun yang diwajibkan pemerintah atau yang berupaya untuk memperkecil kesenjangan itu dengan membeli program pensiun dari institusi swasta," tambahnya.[caption id="attachment_913" align="alignleft" width="700"]Direktur Pengembangan Bisnis PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Putut E Andanawarih, menjelaskan program-program persiapan pensiun dari pemerintah dan swasta. [Foto: Ary] Direktur Pengembangan Bisnis PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Putut E Andanawarih, menjelaskan program-program persiapan pensiun dari pemerintah dan swasta. [Foto: Ari][/caption]Tingkat Literasi Rendah Sementara itu, tingkat melek produk keuangan masyarakat Indonesia masih memperihatinkan. Menurut riset yang dilakukan OJK, saat ini indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru 21,8%. Artinya, dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia, baru 52 juta jiwa saja yang benar-benar memahami industri keuangan dan produk jasa keuangan.Dari enam produk keuangan yang tersedia, baru bank yang cukup dikenal masyarakat (57,28%). Hasil riset OJK juga menunjukkan, tingkat pemahaman paling rendah terdapat di pasar modal, yakni hanya 0,11%. Sisanya hampir merata di sektor perasuransian (11,81%), lembaga pembiayaan (6,33%), pergadaian (5,04%), dana pensiun (1,53%).Belum meratanya tingkat literasi keuangan masyarakat menjadi penyebab belum meratanya tingkat utilitas keuangan. Riset OJK juga memperlihatkan kalau masyarakat masih memilih pola tradisional dalam menyimpan uang.Masyarakat masih memilih menyimpan uang dalam bentuk tunai. Rendahnya tingkat utilitas dana pensiun ditengarai karena tingkat literasi dana pensiun juga masih rendah. Kesadaran masyarakat terhadap perlunya perencanaan pensiun juga masih rendah, tercermin dari separuh responden yang tidak memiliki perencanaan masa pensiun.Padahal, banyak cara berinvestasi dan mempersiapkan dana pension. Seperti saham, reksadana, investasi pendapatan tetap, properti, program pensiun dan sebagainya. Semakin awal dimulai beban rutinnya akan semakin ringan.Untungnya di Medan, menurut Emma Gunawan Sales Director Divisi Medan, masyarakat yang memulai gaya dan perencanaan keuangannya terlihat semakin muda. "Mereka sepertinya semakin paham," ujarnya.Sebelumnya, Legowo Kusomonegoro Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia, mengatakan, MISI sengaja digelar Manulife guna melihat kecenderungan masyarakat dalam mengelola aset.  [ray]

MEDAN| Pj Rektor Universitas Sumatera Utara Prof Subhilhar menyampaikan permintaan maaf atas peristiwa pemukulan wartawan oleh satpam kampus tersebut saat meliput demonstrasi mahasiswa, Kamis (21/5/2015).

Rektor Subhilhar yang dikonfirmasi tengah berada di luar kota, berjanji akan mengecek persoalan tersebut.

Permohonan maaf juga disampaikan Kabag Humas USU, Bisru Hafi. Saat dihubungi dia langsung meminta maaf atas kejadian itu. “Saya minta maaf adinda,” kata Bisru via seluler.

Bisru juga mengatakan banyak juga kaca-kaca di Biro Rektor USU yang jadi korban kericuhan.

Informasi dihimpun, Kamis (21/5/2015), kekerasan itu dialami wartawan Harian Orbit, Jamalum Berutu dan Irvan Rumapea. Mereka dianiaya gerombolan satpam Kampus USU yang mengamankan demo mahasiswa USU hari itu juga.

Baca Juga:  Awas Jalan Macat, Inilah Titik Drainase yang Dibenahi Pemko Medan

Kejadian bermula saat keduanya meliput demo mahasiswa USU di depan gedung Biro Rektor USU. Ketika demo berujung ricuh, enam satpam tiba-tiba berlari mengejar Jamalum Berutu yang sedang mengabadikan peristiwa dengan kamera handphonenya. “Saya dikejar dan dikerumuni enam petugas security,” terang Jamalum Berutu.

Dari lokasi yang sama, wartawan Harian Orbit lainnya, Irvan. berupaya membantu begitu melihat rekannya dipukuli.

Namun niat baik Irvan justeru mendapat serangan bertubi-tubi gerombolan petugas satpam.
Dengan membabi-buta, gerombolan satpam itu memukuli Irvan dan menyeretnya.

“Saya dibanting, kepala saya dipukuli pakai rotan dan bambu yang saat itu saya sedang mengenakan helm. Akibat terkena pukulan yang bertubi-tubi membuat helem yang saya pakai pun pecah-pecah,” terang Irvan sembari menunjukkan helmnya yang pecah.

Baca Juga:  Ini Dia Wajah Pelaku Penembakan Tiga Wartawan di Medan

Akibatnya, sekujur tubuh Irvan terutama di bagian kedua lengannya mengalami luka-luka dan memar, lengan sebelah kanan tidak bisa di luruskan.

Atas peristiwa itu, keduanya didampingi tim hukum Harian Orbit melaporkannya ke Mapolresta Medan dengan nomor STTLP/1285/K/V/2015/SPKT Resta Medan.

Tuntut Rektor Defenitif

Diketahui, ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan pemerintahan mahasiswa (Pema) Universitas Sumatera Utara (USU) mendatangi Biro Rektor. Dalam tuntutannya, mahasiswa mendesak pihak rektorat harus menjelaskan kepada mahasiswa apa yang menjadi alasan mereka tidak menetapkan rektor defenitif.

“Saat ini ada 40.000-an nasib mahasiswa yang masih terlantar belum ada kejelasannya karena tidak adanya kejelasan dari pihak rektorat,” ujar koordinator aksi Bendry Gunawan.

Baca Juga:  Plt Wali Kota Ajak Semua Pihak Berkontribusi Untuk Medan

Selain itu mahasiswa juga mendesak agar dilibatkan dalam mengambil kebijakan kampus.
“Sampai saat ini mahasiswa tidak pernah tau kemana uang mahasiswa dibungakan. Mahasiswa juga tidak pernah tau dimana dibuat hasil pengutipan dari mahasiswa tersebut,” ujarnya lagi. [rez]

Terkait


Berita Terbaru