Home / NEWS / Kesaksian Frans Saat Jatuhnya Helikopter di Danau Toba (BAGIAN II)

Kesaksian Frans Saat Jatuhnya Helikopter di Danau Toba (BAGIAN II)


Sebelumnya, Frans mengisahkan detik-detik terakhir saat helikopter EC 130 PK-BKA milik maskapai Penerbangan Angkasa Semesta (PAS) jatuh di perairan Danau Toba. Sebelum jatuh, sang pilot, Kapten Teguh Mulyatno berjuang melawan kabut asap.

Saat berada di ketinggian tertentu, Pilot berupaya untuk menghilangkan kabut asap yang berada di sekitar helikopter yang mereka tumpangi. [Baca: Kesaksian Frans Saat Jatuhnya Helikopter di Danau Toba (Bagian I)]

“Caranya, ekor baling-baling diputar ke kanan ke kiri ke kanan ke kiri, agar yang dimaksud titik tertinggi di kepuluan Samosir itu kelihatan. Karena kalau di peta, permukaan tertinggi air laut ada di (bandara) Silangit,” kata Frans.

Baca Juga:  Kapolres Samosir: Ada Nelayan Mendengar Dentuman Benda Keras Jatuh di Danau Toba

Frans menuturkan, saat helikopter belok ke kanan, Kapten ga nyadarin belok ke kanan ini terlalu tajam. Jadi bukannya belok, helikopternya malah kebanting ke kanan turun, karena gak ada daya angkatnya dari dia (helikopter). Sebagian melawan arah putaran. Itu faktornya. (penyebab jatuhnya helikopter-red).

Saat itu, pilot tetap berusaha untuk menormalkan posisi helikopter. Tak ayal, arah posisi helikopter kian tak terkendali. Helikopter sempat berputar-putar ke kanan dan kiri. Hingga akhirnya helikopter kehilangan kendali.

“Saat posisi berada di kiri, heli langsung nukik jatuh ke kiri. Ahhh…..pilot duluan, maksudnya sebelah sisi kiri helikopter jatuh duluan. Dan tangan pilot sampai nembus kaca,” tuturnya.

Baca Juga:  Saksi: Helikopter Berputar-putar di Tengah Kabut Asap

Saat heli jatuh dan berada di atas air, seluruh penumpang diintruksikan sang kapten untuk melompat keluar.

Menurut Frans, saat itu jam menunjukkan pukul 11.25 WIB.

Sebelum helikopter benar-benar tenggelam, angginer (Hari Poerwantono), sudah membuka pintu darurat. Semua keluar, kecuali Frans.

“Tapi saya masih tenggelam. Di situ saya sendiri untuk mencari live roof, atau perahu penyelamat, atau lives penyelamat badan kita. Tapi saya gak menemukan.”

“Helikopter semakin tenggelam ke dalam, airnya semakin tak jernih lagi. Saya keluar.” [Bersambung] [ded]

Terkait


Berita Terbaru