“Pak Eldin, Berdoalah 9 Desember Kota Medan Tidak Banjir Lagi”

Sejatinya, Rabu (27/11/2015) pagi, siswa SMPN 10 Medan menggelar pentas seni untuk merayakan hari guru. Tapi persiapan yang sudah dilakukan beberapa hari sebelumnya, batal digelar karena banjir memporak-porandakan komplek persekolahan itu.
Pekarangan sekolah yang biasa menjadi lapangan upacara atau kegiatan siswa, sudah seperti kolam. Sejauh mata memandang, yang terlihat hanya air kuning kecoklatan setinggi paha orang dewasa. Meja, kursi dan beberapa inventaris sekolah mengapung bersama dengan sampah.
Banjir yang terjadi di SMPN 10, yang berada di Jalan Jamin Ginting, salahsatu terparah di kawasan Padang Bulan Medan. Banjir terjadi menyusul tingginya intensitas hujan sejak Selasa (24/11) hingga Rabu (25/11) dini hari. Tercatat dalam banjir hari ini, delapan kecamatan terendam banjir.
Delapan kecamatan itu adalah, Kecamatan Medan Johor, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Marelan, dan Medan Amplas.
“Sejauh ini belum ada laporan tentang korban jiwa akibat banjir ini. Korban banjir juga masih dalam pendataan,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, Hana Lore, Rabu (25/11/2015).
Menurutnya, para korban banjir sudah diungsikan ke tenda-tenda yang disiapkan BNPB. Namun BNPB tidak mencatat jumlah warga yang menjadi korban banjir kali ini.
“Masih dalam pendataan. Tapi sebagian korban banjir ada yang ngungsi ke rumah keluarga serta tempat-tempat ibadah seperti masjid,” jelas Hana Lore.
Banjir yang terjadi hari ini, lebih luas saat banjir pertengahan Oktober 2015 lalu. Ketika itu, BNPB mencatat banjir merendam 6.000 rumah tujuh kecamatan Kota Medan terendam banjir
Catatan lain dari banjir Medan tahun ini, terdapat sejumlah wilayah yang selama ini tidak pernah banjir besar, justru ikut menjadi korban.
Banjir juga terjadi di kawasan Pulau Brayan, Glugur, Krakatau hingga Tanjungmulia, Medan.
“Sudah 35 tahun saya tinggal di sini, tapi baru kali ini banjir sampai ke dalam rumah,” ujar Corry, saat berinteraksi dengan sebuah radio swasta di Medan yang membahas soal banjir.
Wanita setengah baya yang tinggal di kawasan Pulo Braya itu mengaku, saat hujan turun, daerah tersebut memang selalu tergenang air. Namun air akan surut 1 jam setelah hujan reda.
“Tapi kali ini tidak, banjir masih belum surut sampai pagi tadi,” tambahnya.
BACA JUGA
Banjir Medan Rendam 6 Ribu Rumah di 7 Kecamatan. Tidak Ada Korban Jiwa
Hal senada disampaikan Budi Hermansyah. Warga Jalan Gemilang, Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota itu mengaku, banjir yang terjadi di kawasan itu pertama setelah tiga tahun terakhir.
“Air setinggi 5 Cm masuk ke kamar. Dulu, jaman Pak Rahudman (Walikota-red) memang kawasan ini pernah banjir. Tapi tidak lagi setelah ada intruksi pembersihan gorong-gorong. Kini banjir terjadi lagi,” ujarnya.
Menurut Budi, banjir yang terjadi di Medan bukan karena sungai yang meluap, namun juga karena buruknya drainase di Kota Medan.
“Sejak Rahudman tidak walikota lagi, tidak pernah ada lagi pembenahan gorong-gorong di sini. Entah apa saja kerja Pemko Medan sepeninggal Pak Rahudman,” ujarnya.
“Saya kira Pak Eldin harus banyak berdoa, pas hari pemilihan Walikota nanti, kota Medan tidak banjir kayak sekarang,” imbuhnya.
Pj Walikota Medan Randiman Tarigan, mengakui drainase di Kota Medan sangat jarang dikorek. Itu yang menyebabkan saat hujan deras sejumlah wilayah alami kebanjiran.
“Selama ini banyak saluran yang tidak jalan. Banyak yang tersumbat karena jarang dikorek,” katanya.
Namun untuk banjir yang terjadi belakangan ini, bukan melulu karena ketidakbecusan Pemko Medan menangani banjir.
“Ini (banjir) kiriman. Kita jangan nyalahkan siapa-siapa. Kota Medan ini seperti tempayan,” ujarnya kepada wartawan.
Mengatasi banjir ke depan, Randiman berjanji akan mengintruksikan camat dan lurah untuk membersihkan saluran drainase.
“Kalau saya terus saya gilir per kecamatan. Sabtu ini saya ke Labuhan, gotong royong. Dan nanti akan saya buat surat edaran ke kantor-kantor lurah agar setiap Sabtu mereka harus membersihkan parit-parit dan drainase,” ujar Randiman seperti dikutip Tribun Medan.
ELDIN-AHYAR
Sesungguhnya, peristiwa banjir yang terjadi di Kota Medan sangat rawan menjadi bahan kampanye hitam terhadap pasangan Dzulmi Eldin-Akhyar Nasution (BENAR) yang notabene merupakan calon incumben di Pilkada Medan 2015.
Hal ini disebabkan masyarakat masih beranggapan banjir merupakan warisan dari Dzulmi Eldin yang sebelumnya menjadi Walikota Medan.
Eldin akan dianggap tidak mampu membenahi Medan di sisa periode 2 tahun kepemimpinannya sebagai Plt Walikota Medan.
“Artinya kalau terjadi 2 hingga 3 kali lagi banjir jelang Pilkada, maka Eldin-Akhyar akan habis,” ujar pengamat komunikasi politik, Coking Susilo Sakeh saat mengomentari banjir yang terjadi Oktober lalu.
Padahal, katanya, persoalan banjir itu bukan sepenuhnya tanggungjawab Eldin saat jadi walikota. Tanggungjawab pembenahan sungai merupakan kewenangan dari Balai Wilayah Sungai (BWS) dan juga termasuk kontribusi dari kerusakan kawasan hijau di hulu yang merupakan kawasan Deliserdang.
Agar banjir tidak dimanfaatkan untuk menyerang pasangan BENAR, apalagi momen Pilkada Medan 9 Desember kian dekat, Coking mengingatkan agar masyarakat cerdas.
Sebab menurutnya persoalan banjir dari luapan sungai tidak bisa dibebankan hanya pada satu pemerintahan kota saja, melainkan lintas daerah yang dilintasi oleh sungai tersebut. [ded]





