Waspadai Ancaman Awan Panas dan Lahar Dingin Sinabung

EDISIMEDAN.com, TANAHKARO – Hampir setiap hari Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara meletus hingga 2-8 kali sehari. Aktivitas vulkanik sangat tinggi. Sejak Rabu (2/8/2017) hingga Kamis, telah terjadi beberapa kali letusan disertai awan panas guguran.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho imbau masyarakat untuk terus waspada dan mentaati rekomendasi pemerintah.
“Tidak dapat diprediksikan sampai kapan Gunung Sinabung akan berhenti meletus.
Parameter vulkanik dan seismisitas gunung masih tetap tinggi sehingga potensi letusan susulan masih akan tetap berlangsung,” ujar Sutopo dalam siaran persnya.
Menurutnya, aktivitas vulkanik G Sinabung secara umum sampai ditandai dengan Gempa Low Frequency < 10 kejadian/hari dan pertumbuhan kubah lava yang relatif kecil. Volume kubah lava berdasar hasil pengukuran 19 Juli 2017 sudah mencapai 2,3 juta meter kubik.
Diketahui, pos Pengamatan Gunung Sinabung PVMBG melaporkan pada Rabu (3/8/2017) pagi terjadi letusan beberapa kali, dengan tertinggi kolom mulai 4000 hingga 4.200 m disertai dengan luncuran awan panas guguran sejauh 3.000 hingga 4.500 m ke tenggara-timur.
Ribuan penduduk terdampak langsung dari hujan abu vulkanik akibat letusan Gunung Sinabung. Tidak ada korban jiwa. Hujan abu menyebar di beberapa tempat seperti di Desa Perbaji, Sukatendel, Temberun, Perteguhen, Kuta Rakyat, Simpang Empat, Tiga Pancur, Selandi, Payung, dan Kuta Gugung.
Masyarakat memerlukan masker dan air untuk membersihkan lingkungan.
Selain itu, menurut Sutopo, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar waspada terhadap ancaman bahaya lahar.
“Mengingat telah terbentuk bendungan alam di hulu Sungai Laborus, maka penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran sungai Laborus agar tetap menjaga kewaspadaan karena bendungan ini sewaktu-waktu dapat jebol, bila tidak kuat menahan volume air sehingga mengakibatkan lahar/banjir bandang ke hilir,” ujarnya.
BPBD Kabupaten Tanah Karo segera melakukan sosialisasi ancaman bencana lahar/banjir bandang ini ke penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sepanjang hilir dan sekitar Sungai Laborus.
Menurut Sutopo, hingga saat ini masih tercatat 7.214 jiwa atau 2.038 KK di 8 pos pengungsian. Namun hanya ada 2.863 jiwa yang tinggal di pos pengungsian. Lainnya banyak yang tinggal di tempat lain di luar pos pengungsian. Kebutuhan sandang pangan secara umum terpenuhi. [ded]




