Home / NEWS / Guinness Rayakan Persatuan Lewat Kemasan Edisi Batik

Guinness Rayakan Persatuan Lewat Kemasan Edisi Batik


Rahung Nasution, aktivis kuliner dan pegiat dokumenter budaya tradisional Indonesia, pada acara Guinness Batik Fridays yang digelar di Healy Mac's Medan, Komplek Ruko Centre Point Blok M Medan, Jumat (10/11/2017).

EDISIMEDAN.com, MEDAN – Setelah diluncurkan pada Hari Batik Nasional 2 Oktober lalu, Guinness merek bir ternama asal Irlandia, secara resmi memperkenalkan motif batik khusus di kemasan botolnya untuk masyarakat Medan, Sumatera Utara Jumat (10/11/2017).

Kemasan terbatas bertajuk One Indonesia Edition ini diperkenalkan dalam acara Guinness Batik Fridays di Healy Mac’s Medan, Komplek Ruko Centre Point Blok M Medan dan dihadiri para konsumen yang berumur di atas 21 tahun.

Assistant Chief Representative Officer for Diageo in Indonesia, Adrienne Gammie, mengatakan, ini adalah tahun ketiga Guinness memiliki kemasan dengan edisi batik.

Kemasan edisi terbatas Guinness One Indonesia Edition menggunakan motif-motif batik berupa elemen-elemen kontras untuk menggambarkan bahwa perbedaan dapat bersatu dan menciptakan sesuatu yang lebih bermakna.

Baca Juga:  Petugas Lapas Temukan 44 Paket Sabu di Sel Tahanan Napi Kasus Pembunuhan

“Yang spesial di tahun ini, tema batik yang diusung Guinness menonjolkan persamaan dalam keberagaman. Dalam masyarakat yang semakin terkotak-kotak, Guinness Batik hadir sebagai simbol semangat kebersamaan Indonesia. Produk ini, Guinsess apresiasikan untuk menyatukan keberagaman dan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang hebat bersama-sama,” kata Adrienne Gammie.

Menurut Adrienne, kemasan One Indonesia Edition tersebut didesain langsung desainer asal Indonesia yaitu Darbotz, seorang seniman jalanan dan Ykha Amelz, ilustrator yang karya seninya menyedot perhatian seniman manca negara.

Darbotz dalam desainnya menyatukan elemen air dan api, sedangkan Ykha Amelz desainnya mewakili unsur bumi dan udara.

Baca Juga:  Kronologi DL Sitorus Meninggal versi Maskapai Garuda

Desain dua seniman ini memadukan inspirasi tema Guinness One Indonesia Edition tentang prinsip-prinsip ‘Pancha Mahahuta’ yang menggabungkan unsur yang bertolak belakang seperti Api (teja) dengan Air (Apah) dan Bumi (Perthiwi) dengan Udara (Bayu).

“Desain yang diciptakan menampilkan keharmonisan elemen-elemen batik yang bertentangan, sama seperti karakter kedua desainer yang berbeda, namun mencerminkan persatuan semangat kebersamaan,” katanya.

Acara Guinness Batik Fridays di Medan, dihadiri Rahung Nasution, aktivis kuliner kelahiran Tapanuli Selatan, yang kerap mengkampanyekan semangat kebersamaan dalam perbedaan.

“Bagi saya perbedaan hal yang wajar, asal diletakkan pada tempatnya. Ragam perbedaan akan lebih indah dilihat sebagai sumber kekuatan, bukan sebagai alat perpecahan,” ujarnya.

Baca Juga:  Harga Daging Sapi di Medan Melonjak

Dia menggambarkan salah satu perbedaan di Indonesia namun menjadi kekayaan bangsa adalah kuliner.

“Contoh indahnya perbedaan adalah beragamnya kuliner Indonesia yang dimiliki masing-masing daerah. Berdiskusi menikmati hidangan merupakan cara yang indah untuk menyelesaikan perbedaan,” tukasnya.

Menurut Rahung, semangat keberagaman dan kebersamaan yang selama ini menjadi ciri bangsa, tidak akan hilang dari bumi Indonesia, jika para elit meninggalkan politik identitas.

“Saya kira masyarakat akan mencontoh bagaimana elit politik kita. Perbedaan yang kerap dipandang tajam saat ini akan hilang ketika elit politik lebih menonjolkan dialog dalam menyelesaikan persoalan bangsa,” pungkas Rahung Nasution. [ded]

Terkait


Berita Terbaru