Ciptakan Mesin Pengering Gabah dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Mutu Beras di Desa Pematang Johar

DIABADIKAN: Ppara dosen dan mahasiswa diabadikan bersama petani di Desa Pematang Johar, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

EDISIMEDAN.com, DELI SERDANG – Ketahanan pangan merupakan isu strategis yang tidak hanya menyangkut ketersediaan lahan dan produktivitas hasil pertanian, tetapi juga kualitas serta daya simpan hasil panen. Salah satu permasalahan klasik yang dihadapi petani padi di Indonesia adalah pengeringan gabah yang masih dilakukan secara tradisional dengan mengandalkan sinar matahari. Meskipun metode ini sederhana dan tidak membutuhkan biaya besar, prosesnya rentan terganggu oleh cuaca, membutuhkan lahan luas, serta berisiko menurunkan mutu beras. Kondisi inilah yang selama bertahun-tahun dialami oleh petani di Desa Pematang Johar, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Para petani di desa ini biasanya menjemur gabah di halaman rumah atau di atas terpal di lapangan terbuka. Proses penjemuran bisa memakan waktu dua hingga tiga hari, bahkan lebih lama jika cuaca tidak mendukung. Ketika hujan turun, gabah yang belum kering sempurna harus segera ditumpuk dan ditutup, namun cara ini sering menimbulkan kerusakan mutu. Gabah dengan kadar air tinggi cenderung cepat berjamur, berbau, dan sulit digiling menjadi beras berkualitas. Akibatnya, harga jual gabah petani turun drastis di pasaran. “Kami sering rugi karena gabah basah tidak laku. Bahkan kalau dipaksakan dijual, berasnya kusam dan kurang enak dimakan,” ungkap Herman, seorang petani di desa tersebut.

Fenomena ini memperlihatkan betapa rentannya rantai pasca panen dalam menentukan kualitas pangan. Jika petani tidak mampu menjaga mutu hasil panen, ketahanan pangan nasional akan ikut terpengaruh.

Menyadari pentingnya solusi nyata, sekelompok dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi bersama pemerintah desa menggagas inovasi berupa mesin pengering gabah hemat energi. Inovasi ini dihadirkan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) dengan tujuan memberdayakan petani sekaligus memperkuat perekonomian desa.

PKM Mesin Pengering Gabah dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Mutu Beras di Desa Pematang Johar, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara ini dilaksanakan tim PKM Politeknik Negeri Medan yakni Dr. Ir. Abdi Hanra Sebayang, S.T., M.T., Prof Arridina Susan Silitonga, S.T., M.Eng., Ph.D., Sihar Siahaan, S.T., M.T., Angga Bahri Pratama, S.Pd., M.T., dan Siti Maretia Benu, S.T., M.T.

Mesin pengering gabah yang dikembangkan memiliki kapasitas 500–1000 kilogram per siklus. Prinsip kerjanya memanfaatkan aliran udara panas yang merata di dalam ruang pengering sehingga gabah kering secara seragam. Untuk menjaga kualitas, suhu dijaga pada kisaran 40–45°C sehingga butiran beras tidak retak. Mesin ini menggunakan biomassa seperti sekam padi sebagai bahan bakar, sehingga lebih ramah lingkungan dan murah dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Dalam waktu 8–10 jam, kadar air gabah dapat diturunkan hingga 14%, sesuai standar penyimpanan Bulog maupun kebutuhan pasar.

Inovasi ini tidak hanya menyingkat waktu pengeringan, tetapi juga membuat petani tidak lagi tergantung pada kondisi cuaca. Dari sisi ekonomi, harga gabah kering giling dapat meningkat 10–20% dibanding gabah basah. Keuntungan lainnya adalah potensi usaha baru. Kelompok tani atau koperasi desa dapat mengoperasikan mesin ini dan menawarkan jasa pengeringan kepada petani lain, sehingga membuka peluang pendapatan tambahan dan memperkuat kelembagaan ekonomi desa.

“Inovasi ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal pemberdayaan. Petani bisa hemat waktu, menjaga mutu, dan mendapatkan harga jual lebih baik,” jelas salah satu dosen pendamping program, Selasa (28/10/2025).

Dampak sosial dari penggunaan mesin pengering gabah juga sangat terasa. Petani menjadi lebih percaya diri karena mampu menjamin mutu beras yang dipasarkan. Konsumen pun memperoleh produk yang lebih sehat, tahan lama, dan bernilai gizi lebih baik. Dengan demikian, kehadiran mesin ini tidak hanya bermanfaat bagi petani di Desa Pematang Johar, tetapi juga berkontribusi pada kualitas pangan masyarakat luas.

Lebih jauh, inovasi mesin pengering gabah juga selaras dengan upaya pemerintah mendorong modernisasi pertanian. Mekanisasi pertanian menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing hasil pertanian Indonesia. Dengan adopsi teknologi ini, petani bertransformasi dari sistem tradisional menuju usaha tani yang lebih efisien, modern, dan berorientasi pasar. Hal ini secara tidak langsung memperkuat ketahanan pangan nasional, karena beras yang dihasilkan tidak hanya cukup secara kuantitas, tetapi juga terjamin kualitasnya.

Ke depan, pengembangan mesin pengering gabah masih memiliki banyak ruang untuk ditingkatkan. Kapasitas mesin dapat diperbesar untuk melayani lebih banyak petani dalam sekali pengeringan. Integrasi energi terbarukan seperti tenaga surya atau biogas dapat menambah efisiensi sekaligus mendukung transisi energi bersih. Digitalisasi dengan sensor suhu dan kelembaban berbasis Internet of Things (IoT) dapat menghadirkan sistem pengeringan yang presisi, otomatis, dan mudah dipantau melalui gawai. Selain itu, penguatan kelembagaan petani melalui koperasi atau unit usaha desa akan memastikan keberlanjutan manfaat teknologi ini.

Kepala Desa Pematang Johar menyambut positif kehadiran inovasi ini. Menurutnya, mesin pengering gabah adalah langkah awal menuju pertanian desa yang lebih modern dan mandiri. “Kami berharap dengan dukungan perguruan tinggi dan pemerintah daerah, mesin ini bisa dikembangkan lebih luas, tidak hanya di Pematang Johar, tetapi juga desa-desa lain di Sumatera Utara,” tuturnya.

Mesin pengering gabah di Desa Pematang Johar menjadi bukti nyata bahwa inovasi sederhana namun tepat sasaran mampu memberikan dampak besar. Dengan menjaga mutu hasil panen, petani tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga ikut memperkuat fondasi ketahanan pangan bangsa. Inovasi ini menjadi simbol kebangkitan pertanian modern di desa, yang lahir dari sinergi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan kearifan lokal.

Beras bukan sekadar bahan pangan, tetapi juga kehidupan. Melalui hadirnya mesin pengering gabah, Desa Pematang Johar telah menyalakan harapan baru bagi kesejahteraan petani dan masa depan pangan Indonesia. Dari desa kecil di Deli Serdang, lahirlah sebuah terobosan yang mendukung mimpi besar Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. (Pit)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *