Home / NEWS / Dendam dan Asa Terakhir Ibu Kandung Angeline

Dendam dan Asa Terakhir Ibu Kandung Angeline


Hamidah (kanan) dan putri cantiknya, Angeline

“Angeline, ibu datang!” teriak seorang perempuan muda menggedor pintu ruang jenazah. Sejurus kemudian, ia lalu jatuh tepat di depan pintu ruang jenazah. Perempuan itu tak mampu menahan kesedihan.

Berhari-hari Hamidah, nama perempuan berusia 26 tahun itu, menangis histeris di ruang jenazah RSUP Sanglah, Denpasar, Bali. Yah, dialah ibu kandung Angeline yang kini terbaring tak bernyawa di ruang jenazah.

Setelah mengetahui anak kandungnya meninggal, Hamidah datangi RSUP Sanglah bersama saudaranya, pada 10 Juni lalu, sekitar pukul 16.30 WIB. Begitu hendak memasuki ruang jenazah, petugas tak mengizinkan. Sebab, proses otopsi terhadap Angeline masih berlangsung.

Hamidah kecewa. Ia berusaha masuk ke ruang jenazah. Sejumlah orang yang berada di sekitar ruang jenazah berusaha menenangkannya. Perempuan asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu tak rela dengan kematian yang menimpa putrinya tersebut. Sejak masih bayi berusia tiga hari, Hamidah merelakan Margaret dan suaminya mengangkat Angeline sebagai anak mereka.

Baca Juga:  Pastikan Penanganan Darurat Berjalan Optimal, Kepala BNPB Bertolak ke Lumajang

Saat itu, Hamidah senang lantaran Angeline diasuh oleh keluarga yang serba berkecukupan secara materi. Masa depan Angeline pun bisa lebih baik.

Tapi, 16 Mei 2015, menjadi kabar buruk bagi Hamidah. Angeline dilaporkan hilang saat bermain di depan rumahnya di Jalan Sedap Malam, Denpasar.

Dan betapa hancur hatinya saat mendapat kabar Angeline ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Polisi menemukan Angeline terkubur dalam sebuah lubang di belakang rumah Margaret. Mirisnya, lubang itu berada di bawah kandang ayam.

Hamidah tak terima dengan kenyataan itu. Ia meminta polisi menghukum berat pelaku yang telah menghabisi nyawa buah hatinya tersebut. Hamida menduga ada pembunuhan berencana.  Kecurigaannya pada Margaret terlibat dalam pembunuhan itu demikian tinggi.

Baca Juga:  Mafia Penyelundup Pakaian Bekas Serang Kapal Patroli Bea Cukai Tanjungbalai

Pasalnya, sejak diadopsi delapan tahun lalu, dia tak diizinkan untuk melihat Ageline. Impian anaknya tersebut mendapat perlakuan yang baik dari ibu angkat Angelina, Margaret hanya sebatas mimpi.

Kini, Hamidah hanya berharap anaknya itu bisa kembali padanya, sekalipun sudah tak bernyawa lagi.  Meskipun terikat status anak asuh dalam surat perjanjian notaris hingga usia Angeline berusia 18 tahun, Hamidah tak perduli.  Permintaan terakhirnya sebagai ibu, ingin jenaza putrinya tersebut dimakamkan di kampung halamannya di Banyuwangi.

“Saya ingin secepatnya jenazah bisa dimakamkan (di Banyuwangi), kasihan Angeline,” ujarnya.

Keinginan Hamidah tersebut disambut Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Satu unit ambulans disiapkan Pemkab Banyuwangi untuk membawa jenazah Angeline ke kampung halamannya untuk dimakamkan.

Baca Juga:  Demo di Kejatisu, GNPF MUI Sumut Minta Ahok Dihukum Maksimal

Menurut Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Pemkab Banyuwangi, Alam Sudrajat, ambulans tersebut merupakan intruksi Bupati Banyuwangi. Seluruh pembiayaan pemulangan jenazah juga akan di tanggung seluruhnya oleh Pemkab Banyuwangi.

Diketahui, Angelina ditemukan tewas di belakang rumahnya di Jalan Sedap Malam Nomor 26 Denpasar, Bali, Rabu 10 Juni. Saat ditemukan posisi bocah perempuan malang itu berada di belakang kandang ayam. [ded] Baca Juga: Angeline dan Misteri Rumah di Jalan Sedap Malam

Terkait


Berita Terbaru