Tahun Ini Inflasi Sumut Diprediksi Meningkat
EDISIMEDAN.com, MEDAN– Inflasi Sumatera Utara (Sumut) pada tahun ini diprediksi akan mengalami peningkatan dari tahun 2020.
“Adanya pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak atau BBM jenis solar sebesar Rp 350 per liter bisa menjadi pemicu tingkat inflasi pada tahun ini,” ungkap Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumatera Utara Soekowardojo pada bincang bareng media (BBM) yang digelar secara offline dan online di Medan Kamis (10/6)
Didampingi Deputi Kepala Perwakilan BI Sumut, Andiwiana Septonarwanto dan Ibrahim, Deputi Direktur BI Sumut, Poltak Sitanggang, Soekowardojo menyataka terjadinya kenaikan harga cukai rokok naik rata-rata 12,5% per 1 Februari 2021 juga diprediksi bisa mempengaruhi inflasi.
“Demikian pula adanya insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) diperkirakan akan mendorong konsumsi kendaraan bermotor per1 Maret 2021 dan pemberlakuan kebijakan pelonggaran LTV dan DP kendaraan bermotor per 1 Maret 2021 diprediksi meningkatkan inflasi,” beber Soekowardojo
Berbagai faktor lainnya yang menyebabkan inflasi diprediksi meningkat, kata Soekowardojo juga karena membaiknya daya beli masyarakat seiring dengan program vaksinasi yang telah berjalan dan membaiknya kondisi lapangan kerja
Kemudian implementasi vaksinasi yang mendorong mobilitas masyarakat dan juga karena adanya peningkatan permintaan dan ekspektasi masyarakat secara umum .
Selain itu kata Soekowardoj, prediksi meningkatnya inflasi kareana daya beli masyarakat membaik seiring dengan aktivitas dunia usaha yang mulai pulih dan program bantuan sosial pemerintah yang masih berjalan.
Faktor lainnya juga karena harga komoditas pada makanan dan minuman dunia yang mengalami peningkatan mempengaruhi perkembangan harga pangan domestik.
“Permintaan dari masyarakat dan industri termasuk korekan yang meningkat, sehingga mendorong kenaikan harga pangan,” beber Soekowardojo
Lebih lanjut dikatakan Soekowardojo realisasi Mei 2021 mencatatkan inflasi sebesar 0,22 (mtm). Realisasi inflasi ini masih relatif rendah dari rata-rata 3 tahun terakhir yang tercatat 0,29% meski arahnya telah sesuai.
Sumber inflasi kata Soekowardojo berasal dari kelompok pakaian dan alas kaki terutama didorong kenaikan harga subkelompok pakaian seperti baju anak stelan, baju muslim wanita, dan mukena diprakirakan seiring meningkatnya permintaan menjelang lebaran.
Di sisi lain deflasi yang terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau menahan laju inflasi lebih tinggi, dipicu depresiasi harga cabai merah, cabai rawit, dan sawi hijau.
Melimpahnya pasokan aneka cabai menyusul cuaca yang baik di tengah penurunan permintaan konsumen usai Lebaran menjadi penyebab utama penurunan harga aneka cabai.
Hal serupa terjadi pada sawi hijau yang harganya turun seiring terjaganya pasokan dan penurunan permintaan konsumen pasca Idulfitri. (red)