EDISIMEDAN.com, LANGKAT – Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) RI, Zulkifli Hasan melakukan Panen Bersama dengan sejumlah buruh kebun di area Perkebunan Tebu PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) yang ada di Dusun Sido Mulio Desa Kwala Begumit, Selasa (21/1/2025).
Dalam kegiatan tersebut, Menko Pangan yang akrab disapa Menteri Zulhas ini juga menyatakan keoptimisannya bahwa swasembada 2027 akan tercapai bila sudah melakukan pergantian varietas tanaman baru dan bekerja sama dengan perkebunan rakyat.
“Kita akan swasembada lebih cepat, tadinya 2029, 2028, jadi 2027, salah satunya gula ini. Sekitar 60.000 ton bisa ditingkatkan setelah dilakukan pergantian varietas terbaru. Supaya gemuk-gemuk tebunya. Ini kan sekarang tebunya masih stunting, kurus kurus karena varietas masih yang lama. Kita bisa meningkatkan sampai 60.000 ton atau sampai 100 persen. Coba dilihat ajak teman-teman di sini di mana yang cocok tanam tebu/gula dan hasilnya akan sangat besar, diajak tanam tebu, PTPN kerja samanya, dikelola, bareng-bareng, nanti dibiayai perbankan misalnya per 50 hektare, per 50 hektare. Jadi bagus untuk rakyat, bagus untuk anak muda, bagus untuk Sumatera Utara,” sebutnya.
Usai panen bersama, Menko Zulkifli Hasan langsung mengunjungi Pabrik Gula Kwala Madu dalam rangka Produksi Gula Perdana 2025.
Dalam kunjungannya, Zulhas sempat berdialog dengan para buruh kebun didampingi sejumlah pejabat terkait, di antaranya Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmojo, Gubernur Sumatera diwakili pejabat terkait, Dirut holding PTPN 3 Persero Muhammad Abdul Gani, Direktur Utama Sinergi Gula Nusantara (SGN) Mahmudi, dan sejumlah forkopimda dan pekerja tani/buruh gula setempat.
Dalam paparannya, Menko Pangan Zulhas membenarkan bahwa kebutuhan gula untuk Sumatera Utara cukup tinggi, berada di kisaran 150.000 ton, belum termasuk Aceh. Selain itu, di Sumut, disparitas harga juga selalu lebih tinggi sekitar Rp1.000-1.500 per kilogram bila dibandingkan daerah Jawa, Bali, Lampung dan sekitarnya. Karena itu, menurutnya, perlu dilakukan pergantian varietas dan kerja sama dengan perkebunan rakyat
“(kebutuhan) Sumut saja 150.000, kita baru 30.000, berarti kurangnya banyak. Jadi, kita ajak masyarakat kerja sama, cocok lahannya, perusahaan dapat bahan baku, rakyat dapat keuntungan berlipat-lipat. Tadi saya lihat perkebunannya, tebunya kualitasnya sudah usang, saya sudah lihat di Lumajang, saya sudah lihat di Malang, jauh bedanya, ini tebunya kayak kena stunting, kurus-kurus,” ujarnya.
Akunya lagi, produktivitas yang belum maksimal tersebut yang menjadi salah satu faktor harga gula di Sumatera Utara lebih tinggi Rp1.000 rupiah dibandingkan daerah lain. “Sumatera Utara ini kebutuhan gulanya 150.000 ton per setahun, yang ada baru 25.000-30.000 ton, makanya tertinggal jauh, sehingga Sumatera Utara ini selalu lebih mahal gula, apalagi orang Sumut itu suka manis kan. Jadi selalu lebih mahal, kalau di Jawa, Lampung, Bali itu Rp17.000/Kilogram, kalau di sini bisa Rp18.000/Kilogram,” tambahnya.
Namun, dia kembali menambahkan, optimis bahwa Swasembada 2027 bisa tercapai, di antaranya dengan mengganti varietas sekaligus bekerja sama dengan perkebunan rakyat.
Dirut SGN Mahmudi merinci bahwa saat ini produktivitas perkebunan tebu di Sumut masih kisaran 70 ribu ton per hektare. Karena itu, akan dilakukan pergantian varietas sehingga produktivitasnya akan mencapai rata-rata 6,5 persen hingga menuju 8 persen atau kisaran meningkat 85 ton per hektare. “PT SGN melalui Perpres Nomor 40 tahun 2023 ini diberikan tugas untuk swasembada gula konsumsi dan nantinya swasembada gula nasional. Kemarin kita dichallenge bagaimana swasembada gula konsumsi ini bisa maju, dari tahun 2029 ke 2028 sampai ke 2027. Tentunya kami yakin, beliau (Menko Pangan) sudah lihat kondisi lapangan, dan apa yang akan kita kerjakan. Akan dilakukan pergantian varietas yang tentunya akan meningkatkan produktivitas yang saat ini di 70 ton per hektare nanti akan meningkat menjadi 85 ton per hektare dengan nantinya akan ditingkatkan produkvititasnya, yang saat ini di 6,5 persen menjadi setidaknya menuju 8 persen,” paparnya.
Artinya, sebutnya lagi, tiga tahun ke depan produksi gula akan meningkat dua kali lipat sehingga disparitas harga tidak terlalu tinggi. “Yang artinya tiga tahun ke depan, tahun 2027, kita ditugaskan untuk memproduksi gula dua kali lipatnya, harapannya, yang selama ini PT SGN menyupport hanya sekitar 2,7 persen dari kebutuhan gula Sumatera Utara, setidaknya dalam tiga tahun ke depan, kita bisa menyupport setidaknya sekitar 50-60 persen sehingga, disparitas harga, antara Jawa, Bali dan Sumatera Utara tidak terlalu tinggi, saat ini kita di 6.200 Hektare dan direncanakan di 9.000 Hektare di Kuala Madu dan Sei Semayam. Tadi kita juga ditugaskan untuk memperluas tebu rakyat,” sebutnya.
Pihaknya juga sudah mengomunikasikan ke dua kepala daerah untuk percepatan produktivitas tersebut. “Kebetulan kita sudah komunikasi dengan Pak Bupati Langkat dan Pak Bupati Binjai, nanti akan kita follow up untuk lebih mempercepat lagi. Varietas yang ada sekarang adalah varietas BZ, dan itu varietas yang sudah ditinggal di masa lalu, sekarang kita akan menggunakan varietas nusantara. Kebetulan kita punya varietas nusantara 1, 2, 3 dan PS dan nanti akan kita introduksi di Sumatera Utara ini. Tahun ini kita sudah 600 hektare memproduksi varietas baru di wilayah Sumatera Utara untuk kemudian mengintroduksi varietas baru yang ada di wilayah sini,” jelasnya.
Ditambahkannya, pada tahun ini, produksi sudah meningkat dibanding sebelumnya. “Tahun 2025, meningkat produksinya, yang kemarin hanya 13.000 ton tahun, ini Insya Allah kita di 21.000 ton gula,” tambahnya. (Pit)